Ada cita rasa tersendiri ketika menonton film sederhana
dengan tokoh utama anak-anak dan remaja labil. Sedikit mengingatkan tentang
masa-masa kecil dulu, konflik dengan sahabat, keluarga, awal mengenal cinta dan
monyet(nya elu) seakan tidak habis diangkat menjadi sebuah cerita yang asik
dinikmati. Tidak mewah, tidak dipenuhi dialog filosophi dan metafora, tapi
mampu menyampikan pesan tanpa kesan menggurui. Berikut beberapa film menarik
yang bisa kalian coba…
1.
The Way, Way Back (2013)
Saya sempat mengacuhkan beberapa film indie
yang berlalu lalang di ganool. Kualitas secukupnya dengn budget sedikit, apa
menariknya? Hingga ada sebuah pepatah di
blog yang pernah saya baca: “kamu gak mungkin bilang bakso lebih enak daripada
soto, sementara kamu belum makan soto”, dan saya mulai mencicipi seperti apa
itu film indie.
Duncan(Liam
James) seorang remaja introvert umur 14 tahun belibur di sebuah rumah pantai
bersama ibu, pacar ibunya beserta anaknya perempuannya. Tapi dia tidak meraskan
kenyamanan dalam keluarga barunya tersebut, terlebih pacar ibuny(Steve Carel)
yang selalu memandang Duncan sebelah
mata bahkan member nilai 3 dari 10. Ditengah situasi yang membosankn tersebut
Duncan berkenalan dengan seorang pria yang berkerja di sebuah water park “Water
Wiz”. Disana dia mendapatkan kenyamanan, kenyamanan yang tidak dia dapatkan di
keluarga barunya.
Lebih fokus ke drama tentang bagiaman Duncan remaja
14 tahun memandang masalah di keluarga kecilnya, dibumbui kisah cinta dan komedi, tidak ada adegan
terbuang pecuma. Ow ya, soundtrack filmya bagus-bagus.
2.
Son of Rambow (2007)
Menonton film ini mengingatkan saya ketika zaman
bocah mempunya dua orang teman dengan kpribadian mirip dan Ibu saya melarang
berteman dengan salah satunya hanya karena mempunyai latar belakang berbeda
Bersetting di tahun 80,pada sebuah sekolah di
Inggris. Seorang siswa baik-baik, polos yang punya imajinasi tinggi dan jago menggambar ilustrasi benama Will
Proudfoot(Bill Milner). Dia harus terlibat maslah dengan siswa nakal yang suka
merekam film di bioskop yaitu Lee Carter (Will Poulter) karena tanpa sengaja
memecahkan aquarium kaca di sekolah mereka. Hal tersebutlah yang membuat
hubungan mereka kian dekat. Dirumah Lee, Will tanpa sengaja menonton film
Rambow(ceritanya Will mengikuti jemaat yang melarang pengikutnya nonton tv).
Karena terinspirasi setelah menonton film Rambow, Lee mendapatkan ide membuat
film dengan judul “Son of Rambow” untuk diikut sertakan dalam lomba dengan
naskah dan ilustrasi dari Will.
Problem klasik tentang pertemanan dapat kita
temukan disini, ikatan sebuah keluarga yang kadang menjerat kreatifitas, menjauhkan
yang seharusnya dekat hingga kita sadari apa yang kita miliki sekarang untuk
kita jaga. Komedi yang pas, tidak ada materi romance, namun dengan menontn Son
of Rambow membuat kita lebih menghargai hubungan keluarga dan pertemanan.
3.
Moorise Kingdom (2012)
Pagi itu si sebuah perkemahan pramuka yang
dipimpin oleh Scout Master Ward (Edwar Norton) digemparkan dengan kaburnya
serang anak pramuka Sam Shakusky(Jared Gilman). Dilain tempat keluarga Bishop
mengalami hal yang sama, anak perempuan mereka Suzy Bishop (Kara Hayward)
melarikan diri dari rumah. Acara kabur-kaburan yang dilakukan 2 bocah labil 12 tahun ini Sam dan
Suzy ternyata telah direncanakan 1 tahun yang lalu dan sukses membuat gempar
seisi pulau.
Terdengar konyol memang ketika 2 orang mahluk akhil
baligh ini kabur demi cinta. Diceritakn secara mnyenangkan dengan beberpa sentuhan
komedi namun tidak lepas dari tema awal yang kalau difikir secara logika sangat
aneh. Konflik cinta dan keluarga yang
mereka hadapi menentukan kamu berada di pihak siapa, orang dewasa? atau
anak-anak?
4.
Ender’s Game (2013)
Akhir-akhir ini kita banyak menyaksikan
beberapa film yang diadaptasi dari sebuah novel, terutama yang bertema young
adult, begitupula dengan Enders Game. Bersetting di masa depan dan diluar
angkasa pada saat itu bumi diserang pasukan alien bernama Formic, untungnya
bumi berhasil diselamtkan. 50 tahun kemudian untuk berjaga-jaga agar kejadian
balasan tidak terulang armada internasional menghimpun para anak-anak pintar di
seluruh dunia (soalnya anak-anak mempunyai motorik dan intuisi yang lebih bagus
dibandingkan orang dewasa) untuk ditempa di camp pelatihan komandan luar angkasa hingga
mereka siap melawan para alien. Ender Wiggin (Asa Butterfield) salah satu siswa
terpilih yang nantinya akan menjadi komandan pasukan melawan para Formic.
Karakter
Ender menjadi sorotan utama di film ini, bagaimana cara dia melewati ujian
untuk menjadi seorang komandan/pemimpin. Tak ada kisah romantis maupun komedi,
namun Ender’s Game menyajikan banyak nilai-nilai kepemimpinan yang patut kita
contoh. Kekurangnannya sih, ya seperti film adaptasi novel lainnya(baca:
pendalaman karakter) namun dapat tertutupi dengan efek CGI yang waahhh. Saya gak suka baca novel, namun jika disuruh
baca saya pilih Ender’s Game.
5.
Flipped (2010)
Saya rasa sebagian dari kita pernah merasakan
“flipped”, yaitu perasaan terbalik kamu gak suka sama dia tapi di suka sama
kamu. Beberapa waktu kemudian sekenario itu terbalik menjadi kamu suka sama dia
tapi dia udah nggak. Yup, tema sederhana yang coba dituangkan melalui film yang
bersetting tahun 1957. Bryce Loski (Callan McAuliffe) baru saja pindah rumah
bersama keluarganya ketika baru memasuki kelas 2 SD. Dia bertetangga dengan keluarga
Beker tepat di depan rumahnya. Keluarga
Beker mempunyai seoranng putrid, Juli Baker (Madeline Carrol) yang jatuh cinta pada
Bryce sejak pandangan pertama dan mulai “mengejar” Bryce dari SD hingga SMP.
Ceritnaypun mulai berkembang ketika mereka SMP.
Meskipun film ini bertema cinta monyet, namun tidak
sepenuhnya berfokus pada adegan cinta-cintaan yang membosankan. Ada drama
keluarganya antara keluarga Bryce yang mapan dengan keluarga Juli yang
sederhana. Yang membuat Filpped unik(satusatunya) yaitu alur dan sudut pandang
ceritanya yang diawali dengan sudut pandan Bryce dilanjtukan sudut pandan Juli,
jadi jangan aneh ketika menonton film ini kalian menyaksikan ada adegan yang
diulang. Pada akhirnya Flipped tentang menilai/menyukai seseorang itu tidak
seperti menikmati rumput dalam lukisan landscape tapi harus menikmati semua
elemen lukisan itu. Sederhana, lucu,klasik,
menarik, unik.
Segitu aja deh dulu, tunggu part 2-nya.
setiap orang memang punya genre berbeda-beda, tapi jangan ragu mencoba genre yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar