Enatah
sejak kapan saya mulai suka menikmati nonton film, dan entah berapa film
yang sudah saya tonton. Puncaknya ketika
saya dibelikan laptop dan sebuah modem 7.2 Mbps, Thank you mon :*,
ditambah ketika saya mulai mengetahui istilah gretonger yang aplikasinya
bertebaran di internet. Saya mulai aktif browsing film di ganool, comot file torrent, blusukan
di IMDB dan hampir semuanya file bajakan berdesakan di hardisk . but come on…
sipa sih orang di Indonesia Nusantara ini yang semua isi komputer
laptopnya legal, hahhh???. Tapi saya punya keinginan sederhana, suatu saat saya
akan melangkahkan kaki ke sebuah gedung, orang-orang menyebutnya gedung bioskop itung2 sebagai apresiasi kepada para sineas yang filmnya saya download(daerah
ane ngak ada bioskop). Kalau bisa filmnya om Steven Spilberg, atau Christopher
Nollan, atau mungkin sang ahli ledakan Michael Bay.
Untuk kali
ini saya membahas film yang saya tonton beberapa waktu yang lalu yang saya
dapatkanketika keisengan saya blusukan di IMDB. Satu-satunya hal yang membuat
saya tertarik ketika melihat ratingnya 7.1 yang mencapai menandakan bahwa
Chronicle merupakan film yang berkualitas(meskipun selera orang
berbeda-beda). Eksekusi(baca:download)
dan mulai menonton tentu saja tanpa ekspektasi yang tinggi.
Andrew
Detmer (Dane DeHaan) seorang remaja antisocial
mempunyai kehidupan yang kacau,
ayah pemarah yang suka mabuk-mabukan, ibunya yang sakit parah hanya bisa
berbaring di kamar dan Andrew sering menjadi korban bullying di sekolahnya. Sepeupu Andrew, Matt Garety (Alex Russell) teman terdekat
Andrew mempunyai kehidupan yang lebih baik daripada Andrew. Matt sering berangkat bersama kesekolah bersama
Andrew, itupun dilakukan karena mereka masih berhubungan keluarga. Pada sebuah
perayaan pesta Matt dan Steve
(Michael B.Jordan) calon ketua OSIS menemukan sebuah lubang aneh dan mengajak
Andrew untuk mendokumentasikan penemuan mereka itu dengan kamera yang selalu
dibawa Andrew dari awal cerita. Lubang itu memancarkan suara aneh yang membuat
mereka semakin penasaran ingin masuk. Di dalamnya mereka menemukan subuah kristal
yang memancarkan energy memberi mereka kekuatan telekinesis(mampu menggerakan
benda dengan fikiran).
Tiga orang
remaja mempunyai kekuatan telekinesis membuat penonton beranggapan bahwa ini
film super hero young adult. Hmmm bisa juga disebut demikian, namun dalam 84
menit tidak ada tokoh super villain dengan kekuatan mengerikan mengacak-ngacak
kota yang disajikan. Konflik yang mulai berkembang justru ada dalam diri para
tokohnya, mengingat mereka masih remaja dalam proses pencarian jati diri.
Andrew dengan ayahnya yang kasar dan suka mabuk, Steve dengan orang tuanya yang
sering bertengakar namun kehidupan sosialnya lebih baik, sedangkan Matt yang
becita-cita ingin jadi polisi tidak mempunyai maslah berarti. Diawali alur yang
lambat tentang keseharian Andrew, kemudian kehidupan tiga remaja setelah mereka
mempunyai kekuatan telekinesis dan terakhir
timbulnya konflik yang terjalin mengalir secara konsisten hingga klimaks
dengan tingkat ketegangan yang lebih tinggi. Tidak banyak tokoh yang terlibat,
namun semua jajaran aktingnya mampu tampil dengan baik. Chamistri antar ketiga
tokohnya terbilang bagus yang membuat film ini terasa sangat dekat dengan
penonton.
Melihat Dane
DeHaan saya jadi teringat dengan Leonardi Dicaprio muda di film Basketball
Diary, ya meskipun Dane DeHaan jadi loser di Chronicle. Mereka mempunyai kharisma
ketika memerankan tokoh dalam filmnya. Benar saja, Marc Webb memilih Dane
DeHaan memerankan Green Goblin di project film The Amazing Spiderman 2.
Lantas apa
yang menjadi nilai plus Chronicle? Tentu saja pada tenik pengambilan gambarnya,
found footage atau mockumentary. Yaitu film fiksi yang dibuat seperti film
dokumnter, potongan-potongan adegannya diambil dari kamera yang selalu dibawa
Andrew, kamera Casey(Ashley Hinshaw) pacar Matt, handycam, cellphone bahkan
kamren CCTV. Penonton seperti diajak berpetualang dan ikut merasakn momen-momen
menegangkan, keseruan, keisengan, dan kejahilan dari tiga orang baru mempunyai
kekuatan telekinesis. Menikmati film dengan konsep mockumentari memang sedkit
mengganggu terutama dengan kameranya yang bergerak membuat mata harus ekstra
keras menkmati tiap adegannya tapi tidak dengan Chronicle. Dari semua film
dengan tema mockumentary yang pernah saya tonotn(tidak banyak sih) Chroniclelah
yang paling enjoy dinikmati, tidak separah End Of Watch.
Bagi yang terbiasa menikmati film Box Office super hero dan belum pernah
menonton film mockumentary, Chronicle tampak seperti film amatir dengan porsi
cerita yang minim, seperti dari mana aslanya Kristal yang membuat tiga orang
remaja mempunyai kekuatan telekinesis. Tapi itu bukan menjadi sesuatu beban
yang membuat Chronicle berkurang daya tariknya. Karena kita kembali ke konsep
awal dengan teknik mockumentary mengambil sudut pandang kamera tadi, mampu
menggiring penonton merasakan pertualangan tiga tokohnya dan meraskan emosi mereka
seolah penonton ikut terlibat di dalam film seperti ketika mereka belajar
terbang, memorable banget. Saya yang awalnya skeptis dengan format film
mockumnetary, kini semakin penasaran ingin menikmati film dengan format serupa.
Josh Trank
adalah orang dibalik kesuksesan Chronicle dengan buject rendah mendatangkan
untung yang berlipat ganda(kalo ngak salah 15x lipat) menjadikan Chronicle
sebagai salah satu film yang wajib ditonton. Tidak seperti film superhero
dengan alur itu itu saja, manusia biasa>punya kekuatan>muculnya
musuh>menyelamatkan dunia>end. Chronicle mengenai apa yang terjadi jika
tiga orang remaja dengan watak berbeda mempunyai kekuatan telekinesis dengan
eksekusi cerita yang tampak real.